403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID jce4GD2uWkuq_flgvw5en6aykk9sMiafXOxeDszNIb1-11HitNC8eg==
Merekaberdua berziarah ke makam Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus Kramat Luar Batang, Jakarta. Setelah selesai ziarah, Habib Abdurahman Al-Habsyi berkata "ana ingin makan, sudah lama tidak makan kebuli!!" Kata Habib Syech, "Dimana ada yang jual nasi kebuli disini?" Apalagi di zaman itu belum banyak orang bisa masak dan/atau jual nasi kebuli.
loading...Makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus dan masjid peninggalan beliau di Kampung Luar Batang Jakarta Utara, tak pernah sepi dari peziarah. Foto/SINDOnews Karomah Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau dikenal dengan "Habib Luar Batang" cukup populer di kalangan pecinta ulama dan Ahli Bait Nabi. Beliau adalah ulama besar yang mencapai derajat nama beliau selalu dikenang umat muslim terutama para pecinta ulama karena jasanya menebarkan dakwah Islam di tanah Betawi dulu Batavia pada abad ke-18 M. Bahkan hingga kini makam dan masjid peninggalan beliau di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara, tak pernah sepi dari Juga Mengenal Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus Habib KeramatBagi masyarakat muslim Indonesia khususnya warga Jakarta sekitarnya, Makam Keramat Luar Batang merupakan salah satu tujuan wisata religi. Para ulama dan Habaib juga sering berziarah ke makam beberapa karomah Habib Husein Luar Batang yang cukup populer. Karomah adalah kejadian luar biasa pada seseorang wali Allah. Karomah merupakan anugerah Allah kepada orang-orang saleh karena ketakwaannya. Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus lahir di Miqab, dekat Hazam, sebuah desa di Hadhramaut, Yaman, sekitar tiga abad silam. Tidak ada riwayat pasti tentang tanggal kelahirannya. Pada usia 11 tahun, beliau ditinggal wafat oleh Husein wafat pada Hari Kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 H atau bertepatan 27 Juni 1756 M. Pada masa kecilnya, Beliau diasuh oleh seorang ibu yang menafkahinya dari hasil pekerjaan sebagai pemintal benang. Habib Husein hidup dalam Habib Husein hijrah ke tanah Jawa, beliau terlebih dulu singgah ke India di sebuah daerah bernama Surati atau lebih dikenal Gujarat. Beliau pernah menimba ilmu kepada Quthbil Irsyad, Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Menurut keterangan Habib Ali bin Husein Alattas dalam Kitabnya Taajul A'rasy mengatakan bahwa Habib Husein Alaydrus sebelum hijrah ke Indonesia, beliau telah mendapatkan mandat kepercayaan dari guru beliau Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad untuk menebarkan dakwah Hijrah dari Hadramaut ke India dan Asia Timur kemudian sampai di di pulau Jawa tepatnya di Pelabuhan Sunda Kelapa. Setibanya di Pelabuhan Sunda Kelapa, beliau diusir oleh penjajah Belanda. Akhirnya dengan bantuan para Muhibbin di malam hari dengan menggunakan sekoci beliau tiba kembali di Pelabuhan Sunda Kelapa. Habib Husein Luar Batang kemudian berdakwah di tanah Betawi. Namun, saat itu Belanda sangat sensitif kepada para ulama karena di Sunda Kelapa masih ada bekas-bekas pertempuran Sunda Kelapa di bawah pimpinan Sunan Gunung Jati Al-Imam Syarif Hidayatullah dan Fatahillah, sehingga penjagaannya sangat ketat. Habib Husein Alaydrus pun dicurigai sebagai pemberontak dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara, yang berada di sekitar Habib Husein Alaydrus dalam berdakwah sangat luar biasa. Salah satu karomah beliau di pagi hari berada di dalam penjara, menjelang Maghrib tidak ada di dalam penjara. Ajaibnya beliau sedang menyampaikan dakwah di musholla dan masjid-masjid sehingga membuat takut para sipir kepala sipir penjara meminta agar Habib Husein keluar saja dari dalam penjara, namun beliau menolaknya. Hingga akhirnya seiring waktu beliau bebas dari 7 Karomah Habib Husein Luar Batang1. Menjadi Mesin Pemintal BenangPada masa mudanya, di tanah kelahirannya Hadhramaut Yaman, Habib Husein belajar kepada seorang ulama besar di kampung kelahirannya. Pada hari-hari libur ia pulang untuk menyambangi suatu malam ketika berada di rumahnya, ibunda Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera menyanggupi, dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang di perintahkan ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang pagi hari, ibu Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan Husein. Selanjutnya ibunya kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya. Sang ibu tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam. Padahal Habib Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas di sudut gudang. Kejadian ini oleh ibunya diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu maka ia bertakbir sambil berucap "Sungguh Allah berkehendak pada anakmu, untuk diperolehnya derajat yang besar di sisi-Nya. Hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya, rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu."2. Menolong Warga Gujarat dari Bencana Kekeringan Ketika hijrah dari Hadhramuat Yaman, Habib Husein singgah di daratan India, tepatnya di Surati atau lebih dikenal Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati karena dilanda kekeringan dan wabah Habib Husein di daerah itu disambut oleh ketua adat setempat, kemudian beliau dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat para normal. Masyarakat setempat sangat mengharapkan orang yang dapat menolong mereka keluar dari bencana kekeringan Husein menyangupi bahwa dengan pertolongan Allah, ia akan membantu negeri ini menjadi daerah yang subur. Akan tetapi syaratnya mereka mengucapkan dua kalimat Syahadat dan menerima Islam sebagai agamanya. Ada kisah menarik, Habib Husein meminta mereka membuat sumur dan sebuah kolam. Setelah sumur tergali, kemudian beliau mengajak para penduduk menengadahkan tangan. Seketika itu turunlah hujan yang sangat deras memenuhi sumur itu. Atas izin Allah, hujan turun sangat lebat, membasahi seluruh daratan yang itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur. Warga yang terserang wabah penyakit pun sembuh setelah mandi di kolam tersebut. Kota yang dahulunya mati kini berangsur makmur dan masyarakatnya hidup sejahtera. Banyak warga berbondong-bondong belajar agama Islam. Habib Husein ketika itu masih sangat muda diperkirakan usianya 25 tahun.3. Melindungi Tawanan Hingga Masuk IslamDari Gujarat India, Habib Husein melanjutkan hijrahnya ke Asia Tenggara untuk menebarkan dakwah Islam. Beliau menuju pulau Jawa, dan menetap di tanah Batavia Jakarta. Pada masa itu Jakarta dalam jajahan pemerintahan VOC Belanda. Pada suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang berlari mencari perlidungan karena dikejar tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyub ia meminta perlindungan karena akan dihukum mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang harinya datanglah pasukan berkuda VOC ke kediaman Habib Husein untuk menangkap tawanan itu. Namun, beliau menolak melepaskan tawanan itu sambil berkata "Aku akan melindungi tawanan ini dan aku adalah jaminannya."Rupanya ucapan itu membuat pasukan VOC ketakutan. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi, sedangkan tawanan Tionghoa itu berterima kasih kepada Habib Husein, hingga akhirnya ia memeluk Menjadi Imam di PenjaraDalam waktu yang singkat banyak orang datang belajar Islam ke rumah Habib Husein. Banyaknya warga yang datang membuat penguasa VOC khawatir akan keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan sebutan "Seksi Dua."Rupanya dalam tahanan Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit. Sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang penjara dibuat terheran-heran karena di tengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin sholat bersama-sama para pengikutnya. Hingga menjelang Subuh masyarakat di luar pun ikut bermakmum. Anehnya dalam waktu bersamaan pula polisi penjara melihat Habib Husein tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan tetap itu menjadi buah bibir di kalangan pemerintahan VOC. Dengan segala pertimbangan akhirnya pemerintah Belanda meminta maaf atas penahanan beliau. Akhirnya Habib Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari Meramal Sinyo Belanda Menjadi GubernurPada suatu hari Habib Husein ditemani seorang mualaf Tionghoa yang telah berubah nama "Abdul Kadir" duduk berteduh di daerah Gambir. Ketika mereka beristirahat lewatlah seorang Sinyo anak Belanda di masa kolonial mendekat ke Habib Husein. Seketika Habib Husein menghentakkan tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya. Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak Belanda itu, untuk menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi seorang pembesar di negeri berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus ia dipercaya dan diangkat menjadi Gubernur Batavia. Ramalan Habib Husein menjadi kenyataan. 6. Hadiah Uang Dibuang ke Laut Hingga Sampai kepada Ibunya Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya pernah diramal Habib Husein akan menjadi orang besar di negeri ini, ternyata benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya agar ia membalas budi dan tidak melupakan jasa Habib Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya namun beliau membuangnya ke laut. Setiap menerima uang dari sang gubernur, Habib Husein selalu membuangnya ke laut. Gubernur yang memberi uang menjadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang pemberiannya selalu dibuang ke laut. Habib Husein menjawab bahwa uang itu dikirimkan untuk ibunya di itu pun makin dibuat penasaran. Ia memerintahkan penyelam untuk mencari karung uang yang dibuang ke laut, tak satu keeping uang pun ditemukan. Selanjutnya Gubernur Batavia berupaya untuk membuktikan kebenaran ucapan Habib Husein itu, Ia mengutus seorang ajudan ke Yaman untuk bertemu dan menanyakannya kepada ibu Habib dari Yaman, ajudan Gubernur melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang dibuang ke laut itu pada hari dan tanggal yang Keberkahan Kampung Luar Batang Gubernur Batavia sangat perhatian kepada Habib Husein. Ia pun menanyakan apa keinginan Habib Husein. Dijawab oleh beliau "Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan." Akan tetapi Gubernur itu sangat bijak. Ia menghadiahkan sebidang tanah di Kampung baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir. Habib Husein meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 atau bertepatan tanggal 27 Juni 1756 M. Sesuai peraturan pada masa itu bahwa setiap orang asing harus dikuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang. Sebagai mana layaknya, jenazah Habib Husein diusung dengan keranda. Ternyata sesampainya di pekuburan, jenazah Habib Husein tidak ditemukan di dalam keranda. Ajaibnya, jenazah Habib Husein kembali berada di tempat tinggalnya semula. Pengantar jenazah mencoba kembali mengusung jenazah Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud, namun jenazah Habib Husein tetap saja berada di tempat tinggal para pengantar jenazah memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di kediamannya sendiri. Kemudian orang-orang menyebutnya "Kampung Baru Luar Batang" dan kini dikenal sebagai "Kampung Luar Batang."Untuk diketahui, semasa hiduonya beliau pernah melanjutkan perjalanan dakwahnya ke Cirebon. Dalam perjalanan dakwahnya itu beliau menikah dengan seorang Syarifah dari marga bin Yahya bernama Aminah kemudian melahirkan seorang putri yang diberi nama Fatimah binti Husein Abubakar Al-Aydrus kemudian dinikahkan dengan Sayyid Thoha bin Yahya yang diakui kealimannya. Beliau menjadi guru para sultan, adipati dan senopati di wilayah itu beliau diberi gelar oleh Keraton dengan nama Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Prawiro Kusumo karena sebelum menetap di Mataram beliau pernah tinggal di Pakistan, India dan penang Beliau Bersambung kepada Nabi Muhammad SAWBerikut silsilah nasab beliau yang bersambung kepada baginda Nabi Muhammad dari jalur Sayyidina Husein, cucu Rasulullah SAW. Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah Al-Aydrus bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khala' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad Al- Muhajir bin ‘Isa bin Muhammad An- Naqib bin Ali-‘Uraidhi bin Ja'far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi tujuh karomah Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus atau dikenal dengan Habib Luar Batang. Semoga beliau dikumpulkan bersama kaum sholihin. Referensi1. Buku Riwayat singkat dan karomah Al-Habib Husein bin Abu Bakar Al-Aydrus karya Sayyid Abdullah bin Abu Bakar Al-aydrus2. Taajul A'ras Jilid II karya Habib Ali bin Husein al-Atthas Habib Ali Bungur 3. Pustaka Pejaten. Baca Juga Wallahu A'lamrhs MakamKeramat Habib Husein Luar Batang is located at: Jl. Luar Batang V No.12, RT.6/RW.3, Penjaringan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14440, Indonesia. Where are the coordinates of the Makam Keramat Habib Husein Luar Batang? Latitude: -6.125206 Senin, 22 Juni 2015 1135 sumur keramat Masjid Luar Batang foto/MP Ahmad MerahPuitih Megapolitan - Masjid Luar Batang dikenal sebagai masjid tua yang banyak memiliki petuah. Selain makam keramat Habib Husein bin Abubakar Alaydrus, masjid bercorak Turki ini memiliki sumur yang dipercaya memiliki banyak karomah. "Orang menyebut sumur air keramat," kata Humas Masjid Luar Batang, Yudo Sukmono kepada di Penjaringan, Jakarta, Senin 22/6. Yudo sendiri pernah merasakan sendiri kehebatan air sumur keramat Masjid Luar Batang. Dia menceritakan, saat sakit gigi lalu berkumur-berkumur dengan air dari sumur tersebut lalu sembuh. Air sumur keramat ini juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit lainya, seperti gatal-gatal. "Sampai sekarang air itu diambil orang yang datang ziarah ke Habib Husein. Sebelum minum baca Al Fatihah," tutur Yudo. Pria asal Yogyakarta ini menambahkan, meski air sumur saat ini terasa asin akibat bercampur dengan air laut saat rob, namun tidak mengurangi karomahnya. Diceritakannya, mengapa air di sumur tersebut mendapat karomah karena Habib Husein selalu berdoa setiap pagi dan petang di sumur tersebut. "Habib Husein dulu selalu berdoa di sumur itu pagi dan sore," tandasnya. Pantauan di masjid Luar Batang. Sumur tersebut tepat berada di depan masjid atau di samping rumah petilasan Habib Husein yang saat ini menjadi makamnya. mad BACA JUGA Tanah Masjid Luar Batang Hadiah Dari Belanda Masjid Luar Batang Disebut Mekah-nya Indonesia oleh Gus Dur Masjid Keramat Luar Batang Dahulu Hanya Surau Kecil Berita Lainnya Gelombang Arus Balik Pemudik Pejalan Kaki Mulai Padati Bakauheni Arus Balik Mudik Mulai Terlihat di Nagreg Bandung Mahfud MD Perintahkan Tunda Halalbihalal Hari Ini 40 Ribu Penumpang KA Tiba di Jakarta Polda Jatim Siapkan 127 Bus Gratis Balik Mudik Tag Masjid Keramat Luar Batang Ramadan Masjid Luar Batang LAINNYA DARI MERAH PUTIH Dunia Senin, 14 November 2022 0637 LAINNYA DARI MERAH PUTIH Dunia Senin, 14 November 2022 0637 Biden dan PM Jepang Sudah di Bali Kehadiran 17 pemimpin G-20 termasuk Indonesia ditambah 9 dari 10 negara undangan dan pemimpin 10 Organisasi Internasional merupakan tingkat kehadiran yang sangat tinggi. IndonesianFree Press-- Ini kisah tentang Habib pendiri wilayah Luar Batang, Jakarta Utara.Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus dilahirkan di Yaman Selatan, tepatnya di daerah Hadhramaut, tiga abad yang silam. Ia dilahirkan sebagai anak yatim, yang dibesarkan oleh seorang ibu dimana sehari-harinya hidup dari hasil memintal benang pada perusahaan tenun tradisional. Sejumlah jemaah anak muda terlihat duduk lesehan bersebelahan di beranda Masjid Jami Keramat Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa 26/07/2022 siang lalu. Dari tempat duduk mereka, tampak ruangan makam seorang ulama, Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus, atau lebih dikenal dengan nama Habib Husein. Anak-anak muda itu lebih banyak diam daripada bercengkerama. Beberapa menit kemudian, mereka bergegas keluar dan memakai alas kaki untuk menuju lokasi makam berikutnya yang juga berada di Jakarta Utara. “Niat kami ke sini untuk berziarah. Ini adalah tradisi di Nusantara,” ucap Mardiansyah, salah seorang di antara mereka. Ketua organisasi Majlis Aswaja dari Banten itu datang berombongan bersama komunitas lain. Menurut Mardiansyah, berkunjung ke para penyiar agama Islam memiliki banyak hikmah. Pertama, mengingatkan tentang kematian. “Bahwa hidup ini tidak hanya di dunia, tapi juga ada kelanjutannya,” ujarnya. Kedua, dia ingin meraih berkah. Ketiga, dengan berziarah, Mardiansyah bisa lebih merendah dan mengingat bahwa hidup ini tidak serta-merta tentang harta, melainkan ada hal-hal yang bersifat non-materi. “Di sini juga kami kembali mengenang sejarah pahlawan Islam ketika menyiarkan agama Islam,” ucapnya. Ketua Majlis Lekar Jabodetabek,Ismail Marzuki, mengatakan sudah menjadi kebiasaan di komunitasnya untuk berziarah ke makam Habib Husein di Masjid Luar Batang. “Setiap kali selepas Idul adha dan jelang Tahun Baru Islam, kami pasti berziarah ke sini,” ucapnya. Dia berharap bisa meraih keberkahan setelah mengunjungi wali Allah. “Kami yakini setiap orang yang mati di jalan Tuhan sesungguhnya mereka masih hidup’,” ucapnya. Masjid Luar Batang dikenal sebagai bangunan ibadah bersejarah di Jakarta. Para ulama dan habib kerap berkumpul di masjid ini. Para pendatang atau musafir juga ada yang menyempatkan datang ke masjid ini untuk beribadah atau berziarah. Pintu masuk makam Habib Husein Foto Masjid Jami’ Keramat Luar Batang memiliki arsitektur khas masjid tua di pulau Jawa sebelum abad ke-20. Yaitu dengan memiliki atap tumpang, dan menara dengan bulan-bintang di atasnya. Hanya ada atap lancip atau sebuah cungkup seperti bangunan Hindu-Jawa. Masjid ini mempunyai denah dasar segi empat bujur sangkar yang ditopang dengan soko-guru yang masih asli serta beratap tumpang, memberi ciri sebagai bangunan tua serta di sebelah utara terdapat ruang Keputren. Gerbang Masuk Masjid Jami Luar Batang Foto Begitu melihat Gerbang masuk yang berupa gapura berada di sisi timur kompleks masjid, berupa bangunan sekitar lebar 3 m dan tinggi 5 m. Bangunan gapura seakan dibagi dua, bagian bawah dan bagian atas. Pada bagian bawah terdapat lubang pintu masuk berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi sekitar 2 m. Masjid Luar Batang terakhir direnovasi pada tahun 2021, pada masa jabatan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, Masjid Jami’ Keramat Luar Batang telah selesai renovasi dan revitalisasi untuk menyambut hangat para Penapak yang melakukan perjalanan. Tampak depan Masjid Luar Batang Sekretaris Masjid Luar Batang, Sulaimansyah, mengatakan umumnya masyarakat ramai datang berziarah menjelang Ramadan seperti bulan-bulan lalu. “Mereka hanya iktikaf di sini dan meminta doa kepada Allah SWT,” kata dia kepada Makam yang ada di selasar masjid itu adalah makam seorang penyiar Islam yang berasal dari Yaman dan meninggal di Indonesia, yakni, Habib Husein Bin Abubakar Alaydrus, dan makam muridnya yang seorang Tionghoa, Abdul Kadir. Sejarah Masjid Luar Batang Kisah Habib Husein, konon, menjadi musabab nama masjid itu kini dikenal dengan Masjid Jami Keramat Luar Batang, pun begitu dengan nama kampungnya, Kampung Luar Batang. Mengutip situs ketika datang di Batavia atau tepatnya di Pelabuhan Sunda Kelapa, Habib Husein diberi sebidang tanah oleh warga setempat. Tanah tersebut kemudian dibangun musala yang kemudian menjadi tempat tinggalnya. Lama kelamaan, surau tersebut yang juga menjadi makam Habib Husein dibangun menjadi Masjid Luar Batang. Sebelumnya, nama Masjid Luar Batang adalah Masjid An Nur. Kini An Nur dipakai menjadi nama Taman Pendidikan Alquran TPA. Makam Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus Foto Setelah beberapa lama menyiarkan Islam di tempat itu, Habib Husein wafat pada 1756. Konon, saat jenazahnya hendak dikuburkan di sekitar Tanah Abang, sesampainya di lokasi penguburan, tiba-tiba jenazah Habib Husein yang semula ada dalam kurung batang hilang. Jenazah kembali ke tempat yang digunakan Habib Husein untuk beristirahat dan mengajar saat masih hidup. Kejadian tersebut berlangsung hingga beberapa kali. Pengusung bolak-balik ke tempat pemakaman, namun kejadian serupa terulang. Akhirnya jemaah pun sepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di tempat sekarang. Juru dakwah yang datang dari Hadramaut dari keluarga sederhana ini namanya sudah dikenal luas. Pernah pengurus makamnya ingin membuat manaqib cerita kebaikan amal dan akhlak terpuji almarhum, tapi belum terwujud hingga kini. qbhv.